Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan, dirinya meminta bantuan kepada Satpol PP untuk segera turun tangan menindaklanjuti temuan rumah karaoke yang menggelar acara pertunjukkan tarian striptease.
Risma menegaskan kami tidak setuju jika rumah karaoke ada kegiatan tarian striptease itu dan dirinya sudah melaporkan Satpol PP untuk segera menutup rumah karaoke itu karena sudah melanggar perjanjian di dalam perizinan sebagai tempat hiburan, Minggu (19/2/2017)
Kepala Satpol PP dari Kota Surabaya, Irvan Widyanto menjelaskan, perjanjian perizinan yang dimaksud itu ialah sebuah larangan keras karena menggelar pertunjukkan pornografi yang menjurus tindakan asusila sesuai Perda Kota Surabaya Nomor 23 Tahun 2012 tentang kepariwisataan.
Pada hari Jumat (17/2/2017) dini hari, Pihak kepolisian Surabaya langsung menggerebek di sebuah rumah karaoke dewasa di Jalan Ngaglik Surabaya. Polisi juga menemukan tiga tamu di salah satu kamar karaoke bersama tiga penari wanita erotis yang sedang kondisi nyaris tanpa berbusana.
Rumah karaoke itu ternyata, ada memberikan servis layanan dari perempuan cantik dengan tarian striptease atau tarian erostisnya dengan harga tarif Rp 60 ribu perjam untuk satu perempuan. Perempuan itu merupakan pemandu lagu di rumah karaoke tersebut.
Hasil penyelidikan dari Polrestabes Surabaya, berhasil menangkap dua tersangka dari manajemen karaoke dan kedua tersangka tersebut di jerat ke Pasal 30 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang pornografi, dan atau Pasal 296 KUHP jo Pasal 55 KUHP, dirubah atau Pasal 56 KUHP.
