Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) menjelaskan, program penanganan banjir di Ibu Kota sudah ada di masa Gubernur Ali Sadikin, yang bermula dari Master Plan Pengendalian Banjir yang disahkan pada tahun 1973 itu. Program Master Plan itu tersusun dari bantuan Netherlands Engineering Consultans (Nedeco).
Secara singkat, agenda program kerja dari Master Plan ada dua, yaitu sebagai berikut:
Pertama, memperpanjang Saluran Kolektor yang sudah ada ke arah Barat, yang dimana kini dikenal sebagai Cengkareng Drain.
Kedua, membangun Saluran Kolektor di bagian Timur, yang kelak dikenal sebagai Cakung Drain, yang berfungsi untuk menampung aliran air dari Kali Sunter, Buaran, Cakung, hingga Jati Kramat.
Ahok yang secara tidak langsung pun heran, karena ada pasangan calon Gubernur pesaingnya di Pilkada yang mengatakan ada solusi lain untuk menangani masalah banjir.
"Makanya saya binggung saja, kalo ada calon bilang mempunyai cara di luar normalisasi yang membuat waduk tanggul pompa di Jakarta. Karena Negara Belanda saja sampai hari ini, masih menggunakan cara yang sama untuk daerah kota delta," jelas Ahok.
Gubernur DKI ini mengaku, dirinya sudah banyak membeli alat berat agar bisa mengeruk sungai yang berfungsi dinormalisasi. "Akibat masalah ini, makanya saya membeli alat berat sendiri. Pertanyaannya adalah mau gak DKI Jakarta ini dibuat seperti negara Belanda yang bisa menjadi otomatis bisa tinggi sekian?," Kata Ahok.
